Sabtu, 23 Juli 2016
Cara Mengatasi Berak Kapur Pada Ayam
Gambar ayam ternak
Berak kapur termasuk penyakit menular yang sangat ganas. Gejala spesifik yaitu final hidup pada anak ayam yang gres menetas atau gres diturunkan dari mesin tetas. Kematian ini biasanya terjadi berturut-turut tanpa diketahui dengan terperinci penyebabnya. Sebelum mati, anak ayam tampak lesu, kurang nafsu makan, berkerumun dan berdesak-desakan di bawah lampu mirip kedinginan, merunduk, mengantuk, pucat, bulu kusut, dan sayapnya menggantung. Namun, tanda-tanda utamanya yaitu anak ayam mengalami pilek dan diare terus-menerus.
Kotoran ayam encer berlendir, berwarna putih mirip kapur dan berbuih. Kotoran ini juga menempel pada bulu-bulu di sekitar anus dan sulit dibersihkan bila sudah mengering. Karena kotorannya berwarna putih, ada yang menyebut penyakit ini penyakit bacillary white atau diare putih. Ayam sampaumur jarang sekal terjangkit penyakit ini. Kalaupun ada, biasanya tidak serius paling-paling produktivitas telurnya akan menurun dan daya tetas telurnya rendah. Penyakit ini bisa ditularkan melalui banyak sekali cara.
Berdasarkan warta yang saya dapatkan penyakit berak kapur jenis ini mulai menyerang unggas di Pulau Jawa pada tahun 1950. Sekarang, penyakit ini sudah menyebar ke seluruh wilayah Indonesia. Penyakit yang punya nama lain berak putih ini bisa menyerang ayam kampung dari anakan hingga dewasa. Anak ayam yang terjangkit penyakit ini umumnya tidak bisa bertahan hidup lama. Sementara itu, ayam yang terjangkit berak kapur tetapi tidak hingga mati berpotensi sebagai carrier (pembawa atau penular) penyakit.
Penyakit ini disebut juga pullorum atau salmonellosis. Penyebabnya yaitu kuman Salmonella pulloum. Disebut berak kapur alasannya yaitu kotoran ayam yang menderita penyakit ini menjadi encer dan berwarna putih ibarat kapur. Sifat penyakit ini sangat menular dan bisa mengakibatkan final hidup pada anak ayam umur tiga bulan.
Induk ayam yang mengidap penyakit pullorum, kontak pribadi dengan anak ayam yang sakit, peralatan sangkar atau pakan yang terinfeksi kuman Salmonella pullorum, atau melalui tamu yang berkunjung ke sangkar dan hewan pembawa penyakit lainnya, mirip burung dan tikus. Anak ayam yang berasal dari induk carrier biasanya juga memiliki potensi terjangkit penyakit berak kapur alasannya yaitu penyakit ini bersifat menurun.
Upaya pencegahan penyakit berak kapur yang bisa dilakukan sebagai berikut.
Berak kapur termasuk penyakit menular yang sangat ganas. Gejala spesifik yaitu final hidup pada anak ayam yang gres menetas atau gres diturunkan dari mesin tetas. Kematian ini biasanya terjadi berturut-turut tanpa diketahui dengan terperinci penyebabnya. Sebelum mati, anak ayam tampak lesu, kurang nafsu makan, berkerumun dan berdesak-desakan di bawah lampu mirip kedinginan, merunduk, mengantuk, pucat, bulu kusut, dan sayapnya menggantung. Namun, tanda-tanda utamanya yaitu anak ayam mengalami pilek dan diare terus-menerus.
Kotoran ayam encer berlendir, berwarna putih mirip kapur dan berbuih. Kotoran ini juga menempel pada bulu-bulu di sekitar anus dan sulit dibersihkan bila sudah mengering. Karena kotorannya berwarna putih, ada yang menyebut penyakit ini penyakit bacillary white atau diare putih. Ayam sampaumur jarang sekal terjangkit penyakit ini. Kalaupun ada, biasanya tidak serius paling-paling produktivitas telurnya akan menurun dan daya tetas telurnya rendah. Penyakit ini bisa ditularkan melalui banyak sekali cara.
Berdasarkan warta yang saya dapatkan penyakit berak kapur jenis ini mulai menyerang unggas di Pulau Jawa pada tahun 1950. Sekarang, penyakit ini sudah menyebar ke seluruh wilayah Indonesia. Penyakit yang punya nama lain berak putih ini bisa menyerang ayam kampung dari anakan hingga dewasa. Anak ayam yang terjangkit penyakit ini umumnya tidak bisa bertahan hidup lama. Sementara itu, ayam yang terjangkit berak kapur tetapi tidak hingga mati berpotensi sebagai carrier (pembawa atau penular) penyakit.
Penyakit ini disebut juga pullorum atau salmonellosis. Penyebabnya yaitu kuman Salmonella pulloum. Disebut berak kapur alasannya yaitu kotoran ayam yang menderita penyakit ini menjadi encer dan berwarna putih ibarat kapur. Sifat penyakit ini sangat menular dan bisa mengakibatkan final hidup pada anak ayam umur tiga bulan.
Induk ayam yang mengidap penyakit pullorum, kontak pribadi dengan anak ayam yang sakit, peralatan sangkar atau pakan yang terinfeksi kuman Salmonella pullorum, atau melalui tamu yang berkunjung ke sangkar dan hewan pembawa penyakit lainnya, mirip burung dan tikus. Anak ayam yang berasal dari induk carrier biasanya juga memiliki potensi terjangkit penyakit berak kapur alasannya yaitu penyakit ini bersifat menurun.
Upaya pencegahan penyakit berak kapur yang bisa dilakukan sebagai berikut.
- Kebersihan sangkar harus dijaga serta mesin tetas, boks dan sangkar yang tidak terisi harus dibersihkan secara rutin. Sebelum dan setelah memakai mesin tetas disemprot dengan larutan kaporit (1:1000), larutan chinosol (1:1000), biochid (17 ml dicampur air 10 L) atau bisa memakai antiseptik lainnya.
- Semua penggalan sangkar sebaiknya ditaburi dengan gamping. Peralatan sangkar dicuci dan dikeringkan setiap hari. Kotoran ayam dibersihkan setiap hari.
- Jangan biarkan hewan liar mirip tikus, kucing ataupun burung masuk ke areal sangkar peternakan.
- Telur-telur yang akan ditetaskan harus berasal dari induk yang bebas penyakit pullorum. Telur-telur yang tidak menetas harus dikubur sedalam mungkin.
- Anak ayam yang sakit harus dipisahkan dari yang lainnya. Jika ditemukan ayam yang mati, segera bakar atau kubur sedalam mungkin.
- Berikan obat cacing secara rutin pada anak ayam. Tambahkan obat pencegah penyakit berak kapur pada air minum ayam.
Untuk mengurangi angka final hidup pada anak ayam yang sudah terjangkit pullorum bisa dipakai antibiotik Neoterramycin 25 Soluble Powder. Takarannya, setiap 2 gram dicampur dengan 1 liter air minum. Antibiotik ini diberikan selama 3 hingga 5 hari. Sementara itu, obat untuk penyakit berak putih diberikan selama masih dibutuhkan. Cara pemberiannya bergantung pada kondisi ayam yang terkena penyakit,bisa di campurkan ke dalam makanan/minuman ayam,dan bisa juga dengan cara menyuntikannya.
Terimakasih alasannya yaitu sudah berkunjung di blog ini dan semoga bermanfaat buat anda.
-
Juli 23, 2016